Sabtu, 14 Maret 2009

JUWANA TEMPAT TINGGALKU TERCINTA

Disinilah aku dilahirkan, dibesarkan, tumbuh dan menjalani hari-hariku. Terlalu lama kujalani hidup disini. Kota dengan Tugu Sukun dan Tugu Djarum yang merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Pati. Daerah ini masih lekat dengat adat dan istiadat di daerah masing-masing. Diantaranya Sabanan(Pasar Malam), Sedekah bumi, Sedekah laut dan masih banyak lagi. Kota pesisir yang terkenal dengan kerajinan Kuningan dan Bandeng ini mempunyai banyak cerita. Perubahan Juwana memang nyata. Dapat kita rasakan perkembangannya dari tahun ke tahun. Semuanya serba praktis. Tapi apakah itu membuat kita bangga?
Masih banyak hal yang telah kita lupakan. Hal-hal yang wajib diperhitungkan. Mungkin ini sebagian dari gambaran kota Juwana kita:

SUASANA KOTA
Suasana Kota Juwana sangatlah panas karena terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Kondisi Juwana tidak lepas dari polusi dan kondisi tanah yang tidak terlalu subur. Penghijauan di kota ini sangatlah kurang. Perlunya penghijauan disebabkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan dan faktor tanah yang tak lagi subur.
Seiring bertambahnya pupulasi di Juwana mengakibatkan menyempitnya lahan kosong bahkan banyak lahan sawah yang sekarang menjadi pemukiman. Hal itu ditunjang oleh lahan tempat tinggal yang kurang dan didukung ketandusan tanah sawah yang pengoperasiannya semakin menurun.

Dilihat dari kebersihan, tingkat kepedulian masyarakat terhadap kebersihan sangatlah minim. Ini terbukti dari perusahaan ditengah pemukiman penduduk yang secara otomatis akan mencemarkan lingkungan. Hal paling simple adalah sudah benarkah cara kita menyiasati sampah?
Cara pembuangan sampah yang terkesan cuek masih mewarnai Juwana dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat kita tinjau dari selokan yang tetap kotor, pinggiran jalan yang masih semrawut, daerah pasar dan pelabuhan yang bisa dikatakan dibawah standard kebersihan.
Banjir hampir terjadi disetiap tahun. Mungkin itulah resikonya.
Karena Sungai Silugonggo pun tidak luput dari pencemaran.

Kota Juwana bisa dibilang serba praktis. Fasilitas yang dibutuhkan masyarakat hampir semua terpenuhi.
Sarana dan prasarana pendidikan cukup menunjang. Fasilitas TK dan SD sudah ada hampir di setiap desa. SMP sudah ada 6 yaitu SMPN1, SMPN2, SMPN3, SMPN4, SMP Keluarga dan SMP Islam. Sementara SMA dan SMK ada 4 yaitu SMAN1, Bhina Tunas Bhakti, Diponegoro dan Tunas Harapan. Sayangnya tak ada satupun Perguruan Tinggi di daerah ini. Dilihat dari kualitas pembelajaran ada beberapa yang bisa dikatakan memuaskan tapi ada juga yang hanya bisa dinilai cukup. Begitu pula masalah fasilitas ada yang dinilai lengkap ada juga yang dinilai kurang. Masalahnya masih banyak anak-anak di Juwana yang putus sekolah dan bisa dibilang masalahnya adalah dana.
Seberapa mahalkah biaya pendidikan itu? Apakah tingkat ekonomi warga yang lemah?
Untuk urusan olah raga Juwana bisa dibilang cukup memadai. Di Juwana ada beberapa lapangan sepakbola, lapangan tenis, lapangan voli, lapangan batminton, tempat fitnes dan lapangan basket walaupun ada di dalam beberapa sekolah. Jogging track, Ujung dan alun-alun menjadi jogging track yang yang sering warga gunakan. Namun suasana kurang mendukung karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Sarana yang kurang adalah kolam renang. Fasilitas yang sudah adapun seharusnya dapat dirawat dengan baik. Hal ini perlu dilakukan antara pengguna fasilitas dan masyarakat sekitar.

Sarana transpotasi ada angkutan yang menutu ke beberapa daerah. Namun cara parkir angkutan di daerah Pasar Juwana menyebabkan penyempitan jalan yang berpengaruh pada kemacetan. Hal ini juga dapat menutupi ruko yang berada di pinggir jalan dari penglihatan warga atau pelanggan.
Di Juwana masih ada beberapa transportasi tradisional seperti Andong dan Becak tapi warga Juwana lebih memilih kendaraan bermotor dan sepeda sebagai sarana transportasi di kota ini. Tapi masih ada beberapa orang yang kebanyakan pemuda sering ugal-ugalan dalam berkendara yang mengurangi kenyamanan pengguna jalan lainnya.
Bus antar kota masih melewati daerah ini sehingga kita bisa pergi ke luar kota dengan mudah. Namun kondisi tak mendukung Terminal Juwana yang terkesan mati mengakibatkan kita menunggu bus di jalanan jika ingin pergi ke beberapa kota karena ada beberapa bus yang tak mau masuk ke terminal ini.
Jalanan di Juwana tidak normal.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jalan masih banyak yang berlubang, tidak rata dan bergelombang. Debu-debu yang beterbangan juga menjadi faktor ketidak nyamanan dalam berkendara.

Dimanakah tempat wisata di Juwana?
Pulau Seprapat kah?
Juwana tak punya objek wisata yang dibanggakan. Alun-alun Juwana yang menjadi pusat keramaian terkesan semprawut. Tempat parkir ditengah jalan yang menyebabkan kemacetan. Gedung Bioskop yang dulu menjadi tempat warga menghabiskan akhir pekan sekarang sudah tak lagi beroperasi bahkan sudah menjadi kantor sebuah partai.
Memang tidak ada tempat di Juwana yang mempunyai nilai wisata.

MASYARAKAT
Juwana memang tempat yang tidak cukup ramah. Sifat dan karakter manusia memang berbeda, disini masyarakat mempunyai karakter yang cenderung keras dan kasar. Dilihat dari cara bicara kepada orang lain, sikap yang sombong, semaunya sendiri, individualis dan arogan. Namun pada dasarnya manusia tetap memiliki sifat dasar yang sama.
Dalam hal pergaulan mungin ada beberapa yang salah jalur atau menyimpang. Sebagian pemuda Juwana tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mulai dari cara pacaran yang sudah melewati batas bahkan ada yang sampai berhubungan seks dan menyebabkan kehamilan diluar nikah.
Dari iseng menjadi ketagihan. Itulah gambaran dari judi. Mungkin enak kalau bisa menang terus, bagaimana dengan yang kalah terus?
Karena kalau ada yang menang pasti ada yang kalah.
Bagi yang flustasi dengan pasangan atau kalah judi memilih cara mabuk sebagai pelepas masalah.
Apakah benar hal itu dapat memecahkan masalah. Bahkan miras menjadi suguhan disaat nongkrong. Masih banyak kaum tua dan muda yang melestarikan hal itu. Padahal menurut kaca mata agama hal itu sudah dinilai salah.
Payah! Sudah duit abis,masalah gak abis-abis, malah nyawa makin kritis.

Pergaulan yang menyimpang.
Individualis yang tinggi mengakibatkan sebagian warga sulit untuk bergaul dan membaur dengan masyarakat. Jadi bisa dikatakan sulit mengakrabkan diri dengan orang lain. Kalaupun bisa masyarakat lebih memilih berkelompok atau mengelompokkan diri mereka. Hal ini bisa dinilai positif karena dapat bergaul dengan baik walau hanya dengan orang-orang tertentu saja. Komunitas mungkin hal yang bisa kita anggap lumprah. Karena dengan adanya komunitas atau perkumpulan dapat membagi pengalaman, cerita, bahan penghilang stres bahkan bisa saling menolong jika ada masalah.
Cukup banyak komunitas yang ada di Juwana. Mulai dari pertemanan kecil-kecilan disuatu bidang seperti musik,olahraga dan sebagainya. Beberapa komunitas di Juwana diantaranya Geng Nero, Punk, Slankers, Black X Generation, JHQ, Geng Oblo dan masih banyak yang lainnya. Namun ada beberapa komunitas yang mendapat nilai minus karena bersikap buruk. Kasus yang masih lekat dibenak kita adalah Geng Nero yang sempat menjadi headline di tanah air. Bukan hanya mencemarkan nama mereka tapi juga menjatuhkan martabat kota ini bahkan Kabupaten Pati.
Kekerasan memang tak ada habisnya tapi sampai kapan hal itu terus terjadi?
Hal yang masih sering kita dengar adalah penodongan di daerah Ujung.
Apakah semboyan Peace hanyalah khiasan semata?
Bahkan hanya gara-gara seorang cewek yang belum tentu jadi pasangan hidupnya para cowok rela melukai makhluk sejenisnya. Apakah hal itu sudah benar?
Apa cuma ingin dapat predikat "hebat" dari masyarakat?
Hal yang seharusnya tidak perlu kita lakukan karena tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan.
Semoga masyarakat Juwana cinta damai sehingga tidak meresahkan masyarakat, dapat mengembangan potensi positif dan kreatifitas yang mereka miliki untuk kemajuan Juwana.

MATA PENCAHARIAN
Didukung letak geografis yang dekat Laut Jawa dimanfaatkan penduduk dengan memilih pencaharian sebagai nelayan. Ditunjang 2 TPI yang siap membantu penjualan ikan hasil tangkapan para nelayan.
Daerah Juwana masih memiliki beberapa petak sawah yang masih beroperasi dan dikelola dengan baik oleh petani.
Tak sedikit juga pembudidayaan ikan di tambak yang menghasilkan ribuan bandeng yang menjadi ciri khas Juwana.
Begitu juga dengan tambak yang siap menghasilkan ribuan kilo garam.
Bahkan industri kerajinan kuningan yang masih terus berjalan walaupun tak sesukses beberapa tahun yang lalu.
Toko, ruko dan warung yang berdiri disetiap jalanan yang jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa perdagangan masih menjadi pencaharian favorit disini.
Tapi masih banyaknya pengangguran yang tak bisa dilihat mata yang disebabkan sulitnya peluang usaha di daerah ini. Apabila ada salah satu usaha yang sukses pasti langsung banyak yang meniru yang mengakibatkan tingginya persaingan dan mengakibatkan menurunnya pendapatan. Sehingga tidak sedikit warga Juwana yang memilih untuk mencari pekerjaan diluar kota dengan alasan penghasilan yang lebih tinggi dan dapat menunjang kebutuhan hidup mereka.

Itulah segelintir gambaran dari kota Juwana yang kita cintai. Ada segi positif dan negatif dari semua itu. Semua tergantung pada masyarakat dan diri kita sendiri. Jika ingin lebih baik kita harus segera berbenah diri. Suka duka telah kita jalani disini. Kita pasti mau Juwana lebih baik dari ini. Perubahan akan terus terjadi disini. Ini hanyalah sebuah karangan yang ditulih oleh manusia biasa, apabila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati pembaca saya selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya. Semoga dari tahun ke tahun Juwana mengalami perubahan yang positif.

Kritik dan saran dapat dikirim ke alamat e-mail: jek.madridistas@yahoo.com